Ciptakan Kader Ulama, Mahad Al-Jamiah Al-Aly Berpartisipasi Aktif Dalam Pelatihan Public Speaking untuk Dai Milenial Malang Raya

On 14/09/2020 by Agus Cahyo

Konsep Dasar Public Speaking (Disampaikan oleh: Winartono, S.S., M.I.Kom/Praktisi Komunikasi Kemendes RI)

Pendakwah atau penceramah bisa berperan sebagai marketer, presenter, motivator dan aneka peran lain. Kesemuanya itu mengandalkan kemampuan berkomunikasi dengan publik. Terlepas dari isi pesan yang dibawa oleh pendakwah, kemampuan mengolah kata dan bahasa menjadi unsur penting demi sampainya informasi yang akan diutarakan. Oleh karena itu hal-hal dasar mengenai berbicara di muka umum atau public speaking penting untuk diketahui oleh pendakwah.

Pada dasarnya materi terakhir ini menjelaskan macam-macam komunikasi di depan umum yang telah banyak kita alami sdehari-hari. Sekilas jika melihat tingkatan komunikasi yang terbagi menjadi 4, yaitu interpersonal, group, organisasi dan sosial. Maka sudah tentu kita pahami bahwa seorang dai berada pada tingkatan keempat. Yang mana dalam komunikasi sosial akan menemui berbagai bentuk dan watak manusia yang tidak bisa dipukul sama rata. Oleh karenanya, beliau memaparkan ada beberapa elemen penting dalam komunikasi sosial yang harus dipahami oleh seorang dai, antara lain:

  1. Karakteristik audien menjadi pertimbangan awal bagaimana seorang dai akan menyampaikan dakwahnya. Hal ini dibutuhkan dalam penetapan metode dan gaya dakwah yang akan digunakan. Cara mengetahui “audien seperti apa yang akan kita dakwahi” dapat diketahui dengan melakukan pre-riset berdasarkan daerah serta budaya yang ada di daerah tersebut. Akan tetapi, jika dakwah yang dimaksud adalah dakwah digital, pemahaman audien dapat dilakukan dengan menelisik materi dakwah. Dai harus mampu mengira-ngirakan bahwa materi yang ia sampaikan itu dikonsumsi oleh siapa saja. Jika sasaran umat berupa heterogen, maka penggunaan bahasa yang tengah-tengah (bukan majas) dapat menjadi salah satu alternatif.
  2. Persiapan materi sama pentingnya dalam ranah dakwah. Materi yang tidak tersusun rapi akan mempengaruhi performa dai. Seperti menjadikannya nervous, grogi yang menjadi sebab gagalnya pemahaman atas dakwah yang disampaikan.
  3. Penyampaian yang yakin dan mantap akan menumbuhkan rasa kepercayaan audien atas kebenaran materi yang disampaikan.  Bagaimana orang lain akan percaya dengan risalah yang kita sampaikan sedang kita sendiri nampak ragu?. Maka dari itu, self confident menjadi elemen yang tak boleh alfa dari diri pendakwah.
  4. Kontrol lingkungan atau situasi juga memegang peran atas terjalinnya komunikasi sosial yang baik. Sehingga seorang dai wajib mengerti tanda-tanda perubahan situasi sosial dan sigap mencari solusi. Misalnya, pembahasan yang tegang akan menjadikan jenuh, bosan bahkan kantuk sehingga peralihan penyampaian dengan humor harus dilakukan.

Hakikatnya ketiga materi yang disampaikan dalam Pelatihan Publik Speaking ini merupakan sebuah ikatan yang saling terkait dan mempengaruhi dalam penyampaian dakwah. Di penghujung acara ditegaskan kembali bahwa sudah saatnya kader-kader NU muda beranjak dari ke-mager-an mereka dan menyiapkan amunisi untuk mengibarkan bendera hijau di antero jagat digital maupun non digital. Umat tidak boleh kehausan dan kelaparan pengetahuan agama. Sudah menjadi tanggungjawab dan kewajiban kita bersama untuk memerlihara mereka dari kesalahpahaman dan paham yang salah dalam berakidah. Jangan sampai mereka melenceng dari rel Ahlussunnah wal Jama’ah al-Nahdliyyah. Melalui partisipasi dalam kegiatan pengkaderan dan pembentukan watak pendakwah semacam ini, harapannya bisa menstimulasi kekuatan Ma’had Al-Jami’ah Al-Aly untuk mencetak Ulama yang kompeten lagi cerdas dan tangkas. (Lilik Iswanti)*.

Pages: 1 2

Leave a Reply