El Ma’rifah-Bertepatan dengan terjadinya gerhana bulan pada hari Sabtu (10/12), Ma’had Sunan Ampel al Ali mengadakan shalat khusuf (gerhana bulan, red) berjamaah di masjid at Tarbiyah. Puluhan mahasantri putra dan putri berbondong-bondong memenuhi masjid dua lantai itu sejak adzan isya’ berkumandang.
Shalat yang dipimpin langsung oleh Ustadz Muhammad Adnin ini, baru dimulai selepas jamaah shalat isya’. Sebelum shalat, ustadz asal Nusa Tenggara Barat ini menjelaskan tata cara shalat dua rakaat tersebut. Khawatir akan adanya jamaah yang belum paham.
Adnin menjelaskan bahwa shalat khusuf tidak jauh berbeda dengan shalat sunnah lainnya. Hanya saja di dalam setiap dua rakaatnya, terdapat dua kali membaca surat al Fatihah dan dua kali rukuk. Selain itu juga disunnahkan untuk membaca ayat al Quran yang pajang, serta memperbanyak tasbih.
Dalam khutbahnya, Ustadz Ahmad Wahidi menjelaskan bahwa fenomena gerhana bulan ibarat gelap dan terang yang silih berganti dalam hidup manusia. “Suatu ketika hidup kita cemerlang, dan suatu ketika pula hidup kita gelap dalam keterpurukan,” ujarnya menganalogikan. Ketika hidup kita sedang cemerlang, tambahnya, maka jangan sampai terlena di dalamnya. Sebaliknya, ketika hidup sedang dalam redup, maka jangan berputus asa dari rahmat Allah.
Ustadz yang juga merupakan salah satu dosen di Fakultas Syariah UIN Maliki tersebut, bercerita tentang historis gerhana bulan. Setiap terjadi gerhana, masyarakat jaman dahulu selalu memukul lesung (tempat menumbuk padi, red), agar Batarakala (raksasa, red) yang telah melahap bulan kembali memuntahkan bulan yang dimakannya. Mereka beranggapan saat bulan menghilang, Batarakala lah yang memakannya. (hik)
Tinggalkan Komentar