Dua minggu belajar di negeri orang
El Ma’rifah-Memiliki kesempatan belajar di luar negeri merupakan hal yang didamba oleh banyak orang. Selain situasi belajar yang berbeda, teman-teman yang berasal dari berbagai belahan dunia juga seakan memiliki daya tarik tersendiri.
Adalah Rifkul Uswati, musyrifah Mabna Asma’ Binti Abi Bakar, telah berhasil meraih beasiswa untuk belajar di Negara Inggris selama dua minggu. Begitu tahu dirinya lolos seleksi program “Journey of Understanding” oleh lembaga Encompass ini, ia pun tidak menyiakannya. Ini kali ketiga ia menjajal program ini. Sebelumnya ia tidak pernah lolos seleksi. “Melihat negeri Inggris seperti yang digambarkan dalam film Harry Potter adalah salah satu mimpi saya,” ujarnya.
Selain berbagai berkas yang wajib dipenuhi, ia juga harus membuat sebuah video tentang kebudayaan Indonesia sebagai syarat pendaftarannya. Sungguh sebuah tantangan bagi mahasiswi jurusan Bahasa dan Sastra Inggris ini. Sebab ia tak pernah melakukan hal itu sebelumnya.
Namun, ternyata tantangan tersebut tidaklah lebih berat, jika dibandingkan dengan tantangan yang dihadapinya saat ia dinyatakan lolos seleksi. Pasalnya, biaya terbang ke Negara The Three Lions tidaklah murah. Rifkul (sapaan akrabnya, red.) harus berjibaku mencari dana tambahan dari berbagai pihak. Mahasiswi kelahiran Situbondo, 6 Maret 1990 ini, menyebarkan proposal ke berbegai tempat guna meringankan biaya yang harus ditanggungnya. “Orang tua saya bahkan merelakan sebagian tanahnya dijual demi membiayai keberangkatan saya,” terangnya.
Pengorbanan itu sungguh tidak sia-sia. Gadis berkulit sawo matang ini memperoleh banyak pengalaman berharga. Rifkul menerangkan bahwa ketika berada di Inggris ia mengikuti seminar, talk show, serta berdiskusi berbagai materi bersama teman-teman multi countrynya tersebut. “Saya juga sempat menjadi arsitek di sana. Saya merakit sebuah jembatan kayu yang awalnya hanya berupa replika,” ujarnya.
Menurut pengamatannya, negara Inggris memiliki nuansa yang amat klasik. Banyak bangunan serupa kastil yang menjulang tinggi. Rata-rata suhu udaranya mencapai 10 C, jauh lebih dingin dibanding Indonesia yang bersuhu 23° C. Ia harus mengenakan mantel kemanapun ia pergi, demi menjaga tubuhnya tetap hangat. Di Negeri Albion ini, Rifkul harus hidup hemat. Pasalnya, nilai tukar antara rupiah dan poundsterling tergolong tinggi. Yaitu setara dengan Rp. 14.250. Gadis Jawa ini mengakui bahwasanya air di tempat tinggalnya di Inggris tidak selancar air di Indonesia. Ia harus berlama-lama berdiam di kamar mandi demi menunggu air keran mengucur.
Mahasiswi semester tujuh ini mengakui bahwa Inggris merupakan negara yang bersih dan tertib. Penduduknya sangat menghormati hak satu dengan yang lainnya. Tidak ada peristiwa saling serobot atau saling mendahului, terutama saat mengantri kereta bawah tanah, bus atau fasilitas umum lainnya. Penduduk Inggris juga tidak segan untuk sekedar bertegur sapa dan bertanya kabar ketika bertemu di jalan. Sekalipun mereka baru saling mengenal satu sama lainnya. “Inilah hal yang patut kita contoh dari mereka,” tambahnya.
Gadis yang berkepribadian tegas ini berharap akan munculnya generasi-generasi yang mengharumkan nama UIN Maliki Malang. Salah satu yaitu dengan learning to foreign country.
Oleh: Nur Hidayati
Tinggalkan Komentar