Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam merupakan makhluk teragung yang pernah diciptakan oleh Allah Ta’ala. Makhluk paling mulia dan sebab kemuliaannya itulah Allah Ta’ala kemudian menciptakan dunia yang kita tempati dan tinggali ini. Di dalam hadits Qudsi disebutkan:
لَوْلَاكَ لَوْلَاكَ يَا مُحَمّد لما خَلَقْتَ الأَفْلَاك
“Kalau bukan karenamu wahai Muhammad, tidak akan aku ciptakan dunia ini.”
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah hadiah teragung untuk kita. Beliau diutus oleh Allah Ta’ala sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil ‘alamin). Di antara bentuk rahmat itu ialah terpancarnya akhlak yang indah yang ada pada diri Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Suatu saat, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam bersama sahabat Ya’la bin Murrah Ats Tsaqafy sedang berjalan-jalan di tengah pedesaan. Di tengah perjalanan tersebut, tanpa sengaja beliau melihat seekor unta yang sedang berlinangan airmata. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian mendekati unta tersebut dan mengusap belakang telinga unta itu sehingga berhentilah unta itu dari tangisannya. Unta itu kemudian bercerita perihal beban yang diberikan majikan kepadanya yang begitu berat, sedangkan majikan itu tidak mau memberinya makan dan minum yang cukup sehingga membiarkannya kelaparan dan kelelahan. Lantas dipanggillah pemilik unta dan ia (pemilik unta) meminta maaf kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dan berjanji tidak mengulanginya lagi.
Inilah akhlak indah Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Akhlak kasih sayang yang mungkin tidak pernah terlintas di benak manusia seperti kita sama sekali. Akhlak yang bisa dirasakan bukan saja kepada sesama manusia, tapi juga kepada makhluk lain seperti hewan unta sekalipun. Maka tidak heran pengarang kitab Maulid Diba’, Syaikh Abdurrahman Az-Zabidi Ad-Diba’i menggambarkan akhlak Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sebuah kalimat:
وگان صلی الله عليه وسلم أحسن الناس خلقا وخلقا
“Adalah Nabi Muhammad Shallallahu’alahi wasallam sebaik-baik manusia dalam bentuk ciptaannya dan budi pekertinya.”
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam dilahirkan dengan penuh keindahan dan ketampanan. Setiap inci tubuh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam adalah cahaya. Suatu saat Sayyidah ‘Aisyah radhialllahu ‘anha sedang kehilangan jarum di kamar beliau. Karena tidak ada penerangan seperti lampu di zaman ini, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian datang ke kamar dan Sayyidah ‘Aisyah ra. berhasil menemukan jarum yang beliau cari. Sayyidah ‘Aisyah ra. berkata:
“Aku meminjam jarum dari Habsah binti Rawahab untuk menjahit. Jarum itu jatuh. Aku mencari-cari, tapi tidak menemukannya karena gelap. Maka ketika Rasulullah masuk, kelihatan jelaslah jarum yang hilang itu karena pancaran sinar wajahnya. Aku pun tertawa. Rasulullah bertanya, ‘Hai Humaira, mengapa engkau tertawa?’ Sayyidah Aisyah ra. menceritakan kejadiannya. Kemudian Rasulullah berkata, “Hai Aisyah, malanglah orang yang tidak diberi kesempatan memandang wajahku karena tidaklah seorang Mukmin atau kafir kecuali mengharapkan melihat wajahku.”
Kemudian, dia menyambung, “Siapakah yang tidak akan melihatmu pada hari kiamat?” Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Orang yang bakhil.” Sayyidah Aisyah ra. bertanya lagi, “Siapakah orang yang bakhil?”. “Orang yang bakhil itu ialah orang yang tidak mengucap selawat ke atasku apabila mendengar namaku disebut,” jawab Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.[1] Inilah keindahan ciptaan Allah Ta’ala yang teragung dan termulia. Yang memancarkan cahaya keindahan wajah dan akhlak. Yang tiada seorangpun mampu menyamai keindahan wajah dan akhlaknya. Semoga di bulan Maulid ini, kita semua, terutama al-faqir ini mendapatkan syafaat beliau di hari kiamat nanti dan di dunia mendapatkan pancaran rahmat kasih sayang beliau. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin.
Achmad Abdul Aziz, seorang penulis dan pegiat riset & literasi. Alumnus S1 Bahasa dan Sastra Arab UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, S2 Pendidikan Agama Islam STAI Ma’had Aly Alhikam Malang. Merupakan seorang santri Pondok Pesantren Al-Qur’an Nurul Huda Singosari Malang. Aktif menjadi pengajar di Ma’had Aly Darun Nun Tidar Malang dan Ma’had Sunan Ampel Al-‘Aly UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Tinggalkan Komentar