Kunjungan Ma’had Al-Jami’ah Syekh Nurjati IAIN Cirebon ke Ma’had Sunan Ampel Al-Aly UIN Malang

On 17/11/2023 by Kholil Rohman

MSAA Pos – Ma’had Sunan Ampel Al-Aly (MSAA) UIN Malang sebagai Ma’had percontohan dari seluruh PTKIN se-Indonesia, kini kembali menerima tamu. Kunjungan kali ini datang dari Ma’had Al-Jamiah Syekh Nurjati IAIN Cirebon. Waktu itu, tak kurang dari 4 orang yang datang ke MSAA pada hari selasa (14) kemarin.

Kegiatan tersebut dilaksanakan di halaqoh Ma’had lantai 1. Turut meramaikan acara tersebut seluruh murabbi/ah MSAA, ada juga staf, pengasuh, dan tentunya Mudir MSAA Dr. KH. Badruddin Mohammad, M.HI. Dipandu oleh Ustazah Liwaurrahmah, acara berjalan khidmat dari awal sampai akhir.

Dapat dipastikan, bahwa kedatangan civitas akademik Ma’had Al-Jami’ah Syekh Nurjati IAIN Cirebon ialah untuk belajar bagaimana pengelolaan Ma’had Al-Jami’ah agar berjalan efektif, efisien, dan membuahkan hasil maksimal. Mengingat MSAA UIN Malang adalah Ma’had pertama dan terbesar di antara Ma’had Al-Jami’ah yang lainnya.

Dalam sambutannya, Ustaz Mukhsin selaku mudir Ma’had Al-Jami’ah Syekh Nurjati IAIN Cirebon menyampaikan bagaimana alasan dan persiapannya dalam berkunjung ke Ma’had UIN Malang.

“Bulan Mei kemarin kami dilantik. Kemudian kami rombak strukturalnya. Dan tentu, kunjungan ini sudah kami gadang-gadang dari jauh hari untuk belajar di sini. Kami dituntut untuk meng-upgrade ma’had. Tujuan sowan ini ialah untuk banyak menimba ilmu. Kami akan banyak bertanya, belajar kepada ma’had UIN. Kami mohon maaf, karena pasti keadatangan kami ini merepotkan,” jelasnya sambil menyampaikan salam dari Pak rektor.

Sebagai balasan dan ucapan selamat datang, Buya Badruddin selaku mudir MSAA juga memberikan sambutan. Ia menjelaskan bagaimana sejarah kampus dan perjuangan mendirikan Ma’had UIN.

“Waktu itu, sekitat tahun 1971 Mukti Ali menjadi menteri agama. Semua itu berangkat dari kegelisahan. Nggak ada ceritanya Kyai yang lahir dari institusi yang lahir dari IAIN. Ada semacam kegagalan dari IAIN dan founding fathersnya. Dari situ, inisiatif adanya ma’had di kampus muncul,” ucapnya.

“Tak semudah yang dibayangkan, ternyata tidak banyak kaum pesantren yang mau kuliah. Sehingga pesantren juga kesulitan mencari mahasiswa. Sehingga, guru-guru yg dulu lulusnya PGA dan SPG dikuliahkan. Malang juga sempat dicemooh oleh kemenag karena Malang berani-beraninya nya mendirukan mahad di tengah keruwetan mengurus PTKIN,” paparnya.

“Akhirnya, melalui adanya ma’had ini, dua pilar UIN yang berbunyi kedalaman spiritual dan keagungan akhlak terealisasi di Ma’had. Sedangkan dua pilar yang berbunyi keluasan ilmu, dan kematangan profesional dibentuk melalui jurusan dan fakultas. Dan jelas, cara kerja ma’had dan prodi jelas berbeda. Kalau di prodi hanya sampai jam 4. Sedangkan mahad sampai 24 jam. Karena sejatinya mahasantri adalah milik prodi. Jadi, tidak hanya menjadi urusan mahad, tapi juga menjadi urusan prodi, fakultas, dan lain-lain,” jelasnya.

“Keuntungan Mahad Al-Jami’ah sampai bisa seperti saat ini karena pengalamannya sudah lama. Yang tak bisa dicontoh ialah seperti pak Imam Suprayogo yang jadi rektor 16 tahun. Dari saking gigih dan semangatnya dalam membangun ma’had ia pernah mengatakan: Siapapun yang menentang adanya mahad ini, maka akan menjadi musuh besar universitas,” tandasnya menutup pembahasan.

Sebagai tambahan infromasi program ma’had ini menjadi prasyarat agar mahasiswa bisa mengambil mata kuliah agama di semester selanjutnya. Intinya, bahwa mahad sangat memerlukan back up dari semua lini yang ada di universitas.

Setelah itu, proses tanya-jawab berlangsung. Cukup banyak yang ditanyakan oleh pihak IAIN Cirebon hingga tak kurang dari 25 poin. Ini menjadi bukti bagaimana keingintahuan IAIN Cirebon dalam mengelola ma’had.

Buya Badruddin pun menjawab dengan jelas dan runtut sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Mulai dari bagaimana pemetaan kelas taklim ma’had, hingga kegiatan-kegiatan besar lainnya yang rutin diselenggarakan ma’had.

“Setiap tahun kita melaksanakan kegiatan expo pesantren dengan mendatangkan pesantren-pesantren se Kota Malang untuk disampaikan kepada mahasiswa dan orang tua mahasiswa. Kemudian, di sekitar kampus ini, sudah menjadi kampung pesantren. Karena mereka sudah satu tahun di mahad sejak semester 1 sampai 2. Di awal, kita bekerjasama dengan RT dan RW. Sehingga, UIN sudah mampu membentuk lingkungan pesantren yang luas bagi masyarakat sekitar. Termasuk kos-kosan dosen yang mewajibkan kegiatan keagamaan bagi mahasiswa yang ada di dalamnya,” jelasnya.

Setelah jam menunjukkan pukul 14.30 WIB, sesi tanya-jawab selesai. Sebelum acara ditutup, ma’had al-jami’ah Syekh Nur Jati IAIN Cirebon memberikan cinderamata kepada pihak MSAA UIN Malang yang diterima oleh Buya Badruddin. Sebaliknya, MSAA juga memberikan kenang-kenangan kepada pihak IAIN Cirebon.

Acara pun ditutup dengan pembacaan doa oleh mudir ma’had al-jami’ah Syekh Nurjati IAIN Cirebon.

Leave a Reply