Rahman Allah SWT bagi Wahsyi bin Harb: Sang Pembunuh Paman Rasulullah SAW

On 10/03/2020 by Agus Cahyo

Tema ini muncul dari Asbab al-Nuzul firman Allah Swt, yang dijuluki sebagai ayat yang paling lembut dalam Al-Qur’an, disebut demikian karena ayat ini menggambarkan luar biasanya kasih sayang Allah Swt terhadap seluruh makhluk-Nya, yang bahkan belum tentu kita sebagai makhluk menyadari hal itu. Bahkan, dalam ayat ini Allah Swt seakan hendak menampar kita yang sering melenceng dalam perbuatan dosa. dengan perbuatan seperti itu, justru Allah Swt memberikan motivasi bahwa ampunan-Nya itu selalu terbuka. Sebagai landasan tema ini mari kita renungkan ayat kelembutan Allah Swt berikut:

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (Q.S Az-Zumar: 53).

Dalam Duur al-Mantsur fi Tafsir al-Mantsur karangan Jalaluddin al-Suyuti menafsirkan ayat ini dengan mengutip hadis riwayat Ibnu Abbas yang menjelaskan kisah Wahsyi bin Harb. Mungkin sebagian besar sudah diketahui kisah dari Wahsyi, bagaimana kejamnya ia ketika membunuh Hamzah, paman Nabi, dengan membedah perutnya dan lain sebagainya yang menggambarkan bagaimana kejamnya Wahsyi yang termakan nafsu dendamnya atas kematian pamanya, Thu’aimah bin Adi, dalam Perang Badar oleh Hamzah.

Dalam tafsir ini dijelaskan kisah Wahsyi bin Harb yang menarik untuk kita renungi pada peristiwa Fath al-Makkah. Hal inilah yang menjadi momentum kemenangan bagi kaum Muslimin. Maka ketika peristiwa itu Wahsyi bin Harb melarikan diri ke Thaif (dalam riwayat lain Yaman) untuk menghindari kaum muslimin. Strategi yang dilakukan Wahsyi adalah melakukan perjalanan pada malam hari agar tidak bertemu kaum muslimin.

Ketika sampai di Thaif, ternyata penduduk Thaif telah menerima dakwah Islam dan memeluk Islam; maka Wahsyi kembali melanjutkan pelariannya. Namun, dalam pelariannya Wahsyi bertemu dengan Nabi Saw yang ketika itu juga sang Nabi mengajaknya untuk memeluk agama Islam. Menanggapi ajakan masuk Islam tersebut, tentu Wahsyi merasa dirinya tidak pantas karena ia telah membunuh, syirik, dan zina; dan ketiganya merupakan dosa besar. Sedangkan Allah Swt telah berfirman:

وَالَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُوْنَۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَامًا ۙ يُّضٰعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَيَخْلُدْ فِيْهِ مُهَانًا ۙ

“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barangsiapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina”. (Q.S: Al-Furqan: 68-69).

Lalu Wahsyi meneruskan dengan bertanya “Aku telah melakukan dosa-dosa besar dalam Islam, apakah masih ada keringanan bagiku?”. Maka turunlah lanjutan ayat tersebut:

اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

“kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayan”. (Al-Furqan: 70).

Lalu Wahsyi meneruskan perkataanya “Ini merupakan perkara yang berat wahai Rasul, karena aku harus senantiasa beramal salih untuk menghapus dosaku; dan apakah aku mampu melaksanakan hal tersebut?”. Tegas Wahsyi seakan putus asa. Maka turunlah ayat ini yang meneguhkan hati Wahsyi, hingga membuat dirinya akhirnya memeluk Agama Islam!

Kalau dikaji lebih dalam, sungguh sangatlah luar biasa hingga membuat Wahsyi dapat luluh hatinya hingga teguh masuk Islam. Dalam ayat ini seakan Tuhan hendak memberi motivasi lebih kepada hamba-Nya yang telah akrab dengan dosa, bahkan dosa yang besar sekalipun untuk tidak patah semangat mengejar rahmat dan ampunan Allah yang terbuka bagi siapapun. Sebagai pembuka ayat adalah “qul” kata yang biasa digunakan Tuhan untuk berkomunikasi kepada makhluk-Nya yang tidak beriman, dengan maksud agar Nabi yang menyampaikan. Namun, walaupun begitu terlihat kasih sayang Allah Swt yang luar biasa tiada tandingnya. Dengan segala pembangkangan dari makhluk-Nya yang seakan tidak tau terima kasih ini, justru diberi motivasi lebih mengejar rahmat dan ampunan dari DzatYang Maha Pengampun. Semoga dengan mentadabburi ayat ini kita diingatkan untuk selalu bertaubat, bagaimanapun kesalahan kita. Karena, diakatakan bahwa godaan syetan yang terbesar adalah diri yang merasa tidak pantas untuk bertaubat. Na’udzubillah. (Ahmad Naufal Hafidz)

Leave a Reply